Penghasilan Komprehensif Lain dan Reklasifikasi




Penghasilan Komprehensif Lain dan Reklasifikasi


Komponen Penghasilan Komprehensif Lain

Komponen Penghasilan Komprehensif Lain pada bank terdiri atas dua bagian:


1. Pos - pos yang tidak akan direklasifikasikan 

    ke laba rugi:

    a. Keuntungan revaluasi aset tetap.

    b. Pengukuran kembali atas program imbalan pasti.

    c. Bagian penghasilan komprehensif lain dari entitas

        asosiasi.

    d. Lainnya.

    e. Pajak penghasilan terkait pos - pos yang  tidak akan

        direklasifikasikan ke laba rugi.


2. Pos - pos yang akan direklasifikasikan 

    ke laba rugi:

    a. Penyesuaian akibat penjabaran laporan keuangan 

        dalam mata uang asing.

    b. Keuntungan (kerugian) dari perubahan nilai aset 

        keuangan dalam kelompok tersedia untuk dijual.

    c. Bagian efektif dari lindung nilai arus kas.

    d. Lainnya.

    e. Pajak penghasilan terkait pos - pos yang akan  

        direklasifikasikan ke laba rugi.


DAFTAR ISI:

1.a. Keuntungan Revaluasi Aset Tetap

Revaluasi Aset adalah penilaian kembali aset tetap perusahaan oleh KJPP (Kantor Jasa Penilai Publik) atau ahli penilai, yang diakibatkan adanya kenaikan nilai aset tetap tersebut di pasaran atau karena rendahnya nilai aset tetap dalam laporan keuangan perusahaan yang disebabkan oleh devaluasi atau sebab lain.


Berdasarkan ketentuan PSAK 16 tahun 1994 revisi 2007, entitas melakukan penilaian kembali asetnya sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Biasanya revaluasi aset dilakukan pada saat akan go publik, menambah modal dengan menerbitkan tambahan saham, restrukturisasi, akuisisi atau dalam rangka kuasi reorganisasi. Salah satu tujuan revaluasi adalah agar nilai aset perusahaan menunjukkan kondisi yang sebenarnya, sehingga entitas dapat menjual sahamnya dengan harga yang lebih tinggi, atau memiliki nilai yang tinggi pada saat diakuisisi pihak lain.


Pada saat melakukan revaluasi, selisih antara nilai tercatat aset dan nilai hasil revaluasi akan dibukukan sebagai surplus revaluasi. Revaluasi tidak diakui dalam laporan laba rugi tahun berjalan tetapi merupakan komponen dalam laba rugi komprehensif yang merupakan bagian dari ekuitas.


Revaluasi harus dilakukan dengan keteraturan yang cukup reguler sehingga nilai tercatat aset tidak berbeda secara signifikan dengan nilai wajarnya. Standar tidak menyebutkan berapa tahun sekali, revaluasi dilakukan tergantung perkembangan nilai wajar aset tetap. Jika harga tidak berubah signifikan mungkin revaluasi dapat dilakukan tiga atau lima tahun sekali, namun jika harga signifkan berubah revaluasi mungkin dilakukan setiap tahun. Nilai wajar adalah nilai di mana suatu aset dapat dipertukarkan atau suatu kewajiban diselesaikan antara pihak yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar (arm’s length transaction).


Bila terdapat selisih lebih atas revaluasi, perusahaan akan dikenai PPh pasal 19, yaitu PPh final sebesar 10% dan harus dibayar pada tahun tersebut.


Ilustrasi:

————


PT. AAA (Lembaga Keuangan Bank) memiliki sebuah bangunan yang dibeli pada tanggal 1 Januari 2013 senilai Rp. 2.700.000.000. Bangunan tersebut diperkirakan memiliki masa manfaat 20 tahun dan tidak memiliki nilai sisa residu dan disusutkan dengan menggunakan metode garis lurus. PT. AAA memutuskan untuk melakukan revaluasi terhadap aset tetapnya dan mendapat persetujuan dari kantor pajak tanggal 31 Desember 2017.


Data mengenai harga wajar bangunan pada tanggal 31 Desember 2017:

- Nilai revaluasian = Rp. 3.500.000.000

- Nilai buku bangunan setelah akumulasi penyusutan:

  Rp. 2.025.000.000 (Rp. 2.700.000.000 - 

  Rp. 675.000.000)

- Selisih lebih revaluasian:

  Rp. 1.475.000.000 (Rp. 3.500.000.000 -

  Rp. 2.025.000.000)

- Beban Penyusutan Pertahun =

  Rp. 135.000.000 (Rp. 2.700.000.000 x 5%)

- Nilai akumulasi penyusutan dalam 5 tahun: 

  Rp. 675.000.000 (Rp. 135.000.000 x 5 tahun)

- PPh Pasal 19 atas revaluasi aset tetap yang dibayar =

  Rp. 147.500.000 (Rp. 1.475.000.000 x 10%)


Jurnal revaluasi aset tetap:

Nilai bangunan dikurangi akumulasi penyusutan

= Rp. 2.025.000.000 (Rp. 2.700.000.000 -

   Rp. 675.000.000)


Dr - Akumulasi Penyusutan

        Aset Tetap dan

        Inventaris   675.000.000

Cr -    Aset Tetap dan Inventaris -

           Bangunan     675.000.000


Keuntungan revaluasi aset tetap (bangunan) = 

(Selisih lebih revaluasian terhadap 

harga perolehan + Nilai akumulasi 

penyusutan dalam 5 tahun) =

Rp. 1.475.000.000 (Rp. 800.000.000 + 

Rp. 675.000.000) atau,


Keuntungan revaluasi aset tetap (bangunan) =

Nilai Revaluasian - Nilai Buku Bangunan

setelah Akumulasi Penyusutan


Dr - Aset Tetap dan Inventaris -

        Bangunan  1.475.000.000

Cr -     Ekuitas -

            Pendapatan (kerugian)

            Penghasilan Komprehensif

            Lainnya:

            d. Keuntungan revaluasi

                 aset tetap -

                 bangunan    1.475.000.000


Nilai bangunan setelah revaluasi

Rp. 2.025.000.000 + Rp. 1.475.000.000 =

Rp. 3.500.000.000


Jurnal pembayaran pajak revaluasi:

Dr - Beban Operasional -

        Beban Lainnya -

        Beban Pajak -

        PPh 19 - revaluasi  147.500.000

Cr -    Giro pada BI -

           Bank Pajak                 147.500.000


Beban Penyusutan 31 Desember 2018 =

Rp. 3.500.000.000/15 tahun = Rp. 233.333.333


Dr - Beban Lainnya -

        Beban Penyusutan -

        Bangunan  233.333.333

Cr -   Akumulasi Penyusutan

          Aset Tetap dan

          Inventaris      233.333.333


Nilai Perolehan Bangunan Awal (tanggal 1 Januari 2013) = Rp. 3.500.000.000 (Nilai Revaluasi) + Rp. 675.000.000 (Nilai Akumulasi Penyusutan) - Rp. 1.475.000.000 (Keuntungan Revaluasi Aset Tetap) = Rp. 2.700.000.000.


Catatan:

#. Keuntungan revaluasi aset tetap senilai Rp. 1.475.000.000 dimasukan pada pos 1.a,

#. Sedangkan pajak atas revaluasi dimasukan ke pos 1.e dengan simbol negatif tanda kurung sebesar (Rp. 147.500.000) sebagai pengurang penghasilan komprehensif lainnya khususnya revaluasi aset tetap.

#. Beban pajak revaluasi aset tetap tidak dapat diakui sebagai beban menurut ketentuan fiskal, dan merupakan unsur beda tetap (permanen) yaitu rekonsiliasi fiskal positif.

#. Beban penyusutan untuk tahun 2018 disusutkan selama 15 tahun.


1.b. Ada dalam penjelasan sebelumnya, tentang ‘Akuntansi Imbalan Kerja’, yaitu keuntungan atau kerugian pengukuran kembali liabilitas (aset) program imbalan pasti oleh aktuaria.

………

Back to Content ↑

1.c. Bagian Penghasilan Komprehensif Lain dari Entitas Asosiasi

Entitas asosiasi adalah suatu entitas termasuk entitas non korporasi seperti persekutuan, di mana investor mempunyai pengaruh signifikan dan bukan merupakan entitas anak (cabang) ataupun bagian partisipasi dalam ventura bersama.


Misalkan, Pada tanggal 15 Januari 2018, Bank BRI membeli 1.000.000 lembar saham PT. Leasing Indonesia @ Rp. 5.000 yang dibayarkan melalui kliring, dan penyertaan tersebut mencerminkan penyertaan bank dengan pangsa atau bagian saham 17%. Transaksi lainnya yang dicatat dengan menggunakan metode biaya sbb:


Pada tanggal 1 Juli 2018, PT. LI membagi deviden secara tunai sebesar Rp. 500 per lembar saham, dan sebagai pemungut pajak menanggung PPh Pasal 23 sebesar 15% (Witholding Tax - Pajak Potong Pungut) dengan metode gross - up sebesar Rp. 88.235.294 ((Rp. 500.000.000/(1-0,15) - Rp. 500.000.000)). Dan oleh PT. LI, beban pajak tersebut dapat diakui sebagai biaya dalam laporan keuangan pajaknya.


Info Lain:

- Tanggal 1 Desember 2018, perusahaan investee

   mengumumkan laba sebesar Rp. 1.000.000.000,

   bagian Bank BRI adalah 17% dibayar dengan 

   warkat BI.


Penyelesaian - Metode Ekuitas:

Jurnal tanggal 15 Januari 2018 - Bank BRI:

Dr - Penyertaan -

        Saham PT. LI   5.000.000.000

Cr -   Giro pada BI -

          PT. LI                    5.000.000.000


Jurnal tanggal 1 Juli 2018 - Bank BRI:

Dr - Giro pada BI -

        PT. LI              500.000.000

Dr - Beban Non Operasional -

        PPh Pasal 23 

        Gross Up          88.235.294

Cr -    Pendapatan Operasional

           Selain Bunga -

           Deviden -

           PT. LI                    588.235.294


Jurnal tanggal 1 Desember 2018:

Bagian Bank BRI = 

Rp.1.000.000.000 x 17% = 

Rp. 170.000.000


Dr - Giro pada BI -

        PT. LI  170.000.000

Cr -    Pendapatan Operasional

           Selain Bunga -

           Deviden -

           PT. LI   170.000.000


Catatan:

#. Deviden laba asosiasi merupakan komponen ‘Penghasilan Komprehensif Lain’ bagian 1.c pada Laporan Laba Rugi.

#. Pajak PPh Pasal 23, merupakan pengurang komponen ‘Penghasilan Komprehensif Lain’ bagian 1.e pada Laporan Laba Rugi.

#. PPh Pasal 23 metode gross up dapat diakui sebagai biaya oleh PT. LI menurut perpajakan, namun bukan merupakan beban pajak bagi Bank BRI (Rekonsiliasi Fiskal Positif)

#. Pencatatan penyertaan saham menggunakan ‘Cost Method’.



2.a. Penyesuaian akibat penjabaran laporan keuangan dalam mata uang asing, yaitu tentang keuntungan atau kerugian selisih kurs.

………

Back to Content ↑

2.b. Keuntungan (Kerugian) dari Perubahan Nilai Aset Keuangan dalam Kelompok Tersedia untuk Dijual

       Point 2.b. sangat berkaitan erat dengan surat berharga yang dibeli oleh bank dengan tujuan dijual kembali (Available For Sale - AFS).


Ilustrasi, Pada tanggal 11 Mei 2019 Bank BRI membeli saham PT. Indofood sebanyak 5.000 lembar dengan harga @Rp. 6.650 per lembar saham lewat pialang PT.  Bursa Indonesia yang dibayarkan dengan warkat Bank Indonesia. Tanggal 5 Juli 2019 seluruh saham tersebut dijual dengan asumsi:

- Terdapat kenaikan harga di pasar menjadi 

  @Rp. 7.000 per lembar saham.

- Terdapat penurunan harga di pasar menjadi 

  @Rp. 6.000 per lembar saham.


#. Asumsi: terjadi kenaikan harga, saat pelepasan saham — Jurnal tanggal 11 Mei 2019:

Dr - Surat Berharga -

        b. Tersedia untuk

             dijual   33.250.000

Cr -     Giro pada BI -

            Pialang       33.250.000


Jurnal tanggal 5 Juli 2019:

Dr - Giro pada BI -

        Pialang           35.000.000

Cr -    Keuntungan penjualan

           aset keuangan -

           i. Surat berharga   1.750.000

Cr -    Surat Berharga -

           b. Tersedia untuk

               dijual                 33.250.000


Catatan: Keuntungan penjualan aset keuangan bagian i. Surat berharga sebesar Rp. 1.750.000 adalah Pendapatan Selain Bunga dalam Laporan Laba Rugi dan menjadi akun Ekuitas yaitu ‘Pendapatan (Kerugian) Komprehensif Lainnya’ bagian b, saat dilakukan tutup buku (closing book).


#. Asumsi: terjadi penurunan harga, saat pelepasan saham — Jurnal tanggal 11 Mei 2019:

Dr - Surat Berharga -

        b. Tersedia untuk

             dijual   33.250.000

Cr -    Giro pada BI -

           Pialang       33.250.000


Jurnal tanggal 5 Juli 2019:

Dr - Giro pada BI -

        Pialang                  30.000.000

Dr - Kerugian penjualan

        aset keuangan -

        i. Surat berharga    3.250.000

Cr -    Surat Berharga -

           b. Tersedia untuk

               dijual                     33.250.000


Catatan: Kerugian penjualan aset keuangan bagian i. Surat berharga sebesar Rp. 3.250.000 adalah Beban Operasional Selain Bunga dalam Laporan Laba Rugi dan menjadi akun Ekuitas yaitu ‘Pendapatan (Kerugian) Komprehensif Lainnya’ bagian b, saat dilakukan tutup buku (closing book).

………

Back to Content ↑

2.c. Bagian Efektif dari Lindung Nilai Arus Kas (Berdasarkan PSAK No. 71)

Cash flow hedges adalah perlindungan dengan menggunakan instrumen derivatif atau instrumen keuangan lainnya, dari resiko variabilitas arus kas terkait dengan diakuinya aset/kewajiban (misalnya, pembayaran bunga atas pinjaman dengan suku bunga variabel) atau ramalan akan terjadinya suatu transaksi (misalnya, penjualan atau pembelian yang akan dilakukan) di masa mendatang, di mana variabilitas arus kas itu diperkirakan akan mempengaruhi laba atau rugi yang dilaporkan.


Ilustrasi:

————


Pada tanggal 2 Januari 2020, Bank BNI membuat komitmen untuk meminjam uang sebesar 200.000 USD dari Bank BRI dan dimulai pada tanggal 5 Januari 2020 dengan warkat BI. Pinjaman itu berjangka waktu empat tahun dengan suku bunga variabel dan harus dibayar tahunan. Suku bunga untuk tahun pertama ditetapkan 9%. Suku bunga untuk tahun-tahun selanjutnya didasarkan kepada suku bunga LIBOR + 2%, ditetapkan setiap akhir tahun untuk dibayarkan pada tahun berikutnya.


Karena Bank BNI tidak ingin menanggung risiko kenaikan suku bunga di masa mendatang, entitas itu memutuskan untuk melindungi diri (hedging) dari risiko tersebut. Pada tanggal 1 Januari 2020, Bank BNI mengikatkan diri dalam kesepakatan pay-fixed, receive variable interest rate swap dengan Bank BRI untuk tiga pembayaran bunga terakhir. BNI sepakat untuk membayar suku bunga yang ditetapkan 9% kepada Bank BRI dan sebaliknya akan menerima LIBOR + 2%.Transaksinya akan diselesaikan secara netto. Notional amount, dasar penghitungan bunga dalam kontrak swap ini, disepakati sebesar 200.000 USD. Bank BNI akan membayar selisih bunga variabel dengan bunga tetap kepada Bank BRI atau sebaliknya, tergantung kepada bunga mana yang lebih tinggi.


Estimasi atas kerugian penurunan nilai dari lindung nilai arus kas berdasarkan prediksi turunnya suku bunga LIBOR (mulai tahun 2021 sampai dengan tahun 2023) adalah sebagai berikut:


- 2 Januari 2021 sebesar Rp. 15.000.000

- 2 Januari 2022 sebesar Rp. 10.000.000

- 2 Januari 2023 sebesar Rp. 25.000.000

- Pada tanggal 31 Desember 2020, suku bunga LIBOR 

  berada pada level 6,5%, untuk pembayaran per 

  31 Desember 2021.

- Pada tanggal 31 Desember 2021, suku bunga 

  LIBOR berada pada level 7,25%, untuk pembayaran 

  per 31 Desember 2022.

- Pada tanggal 31 Desember 2022, suku bunga 

  LIBOR berada pada level 5,5%, untuk pembayaran 

  per 31 Desember 2023.

- Kurs tengah BI pada tanggal 2 Januari 2020 

  sebesar Rp. 10.000

- Kurs tengah BI pada tanggal 5 Januari 2020 

  sebesar Rp. 10.100

- Kurs tengah BI pada tanggal 31 Desember 2020 

  sebesar Rp. 10.200

- Kurs tengah BI pada tanggal 31 Desember 2021 

  sebesar Rp. 10.300

- Kurs tengah BI pada tanggal 31 Desember 2022 

  sebesar Rp. 10.200

- Kurs tengah BI pada tanggal 31 Desember 2023 

  sebesar Rp. 10.100


Penyelesaian:


Jurnal tanggal 2 Januari 2020:

Dr - RAR - Fasilitas pinjaman

        yang belum ditarik

        (valas)  2.000.000.000


Jurnal tanggal 5 Januari 2020:

Cr - RAR - Fasilitas Pinjaman

        yang Diterima

        (valas)  2.000.000.000


Dr - Giro pada BI -

        Bank BRI      200.000 USD

Cr -     RPV GBN USD   200.000 USD


Dr - RPV GBN -

        USD - IDR   2.020.000.000

Cr -    Pinjaman dari Bank

           Lain               2.020.000.000


Jurnal tanggal 31 Desember 2020 - 

Beban Bunga Valas:

(200.000 USD x 9% = 18.000 USD)

Dr - RPV GBN   18.000 USD

Cr -    Giro pada BI -

           Bank BNI      18.000 USD


Dr - Beban Bunga Valas -

        Bunga LIBOR   183.600.000

Cr -    RPV GBN -

           USD - IDR          183.600.000

………………


Jurnal tanggal 2 Januari 2021 - 

Estimasi Kerugian:

Dr - Kerugian Penurunan

        Nilai Aset Keuangan -

        iv. Aset Keuangan

             Lainnya -

             Hedging Arus

             Kas      15.000.000

Cr -     Ekuitas -

            Pendapatan (Kerugian)

            Komprehensif Lainnya

            (FVTOCI) -

            c. Bagian Efektif

                Lindung Nilai

                Arus Kas    15.000.000


Jurnal Pajak Tangguhan:

Liabilitas Pajak Tangguhan =

Rp. 15.000.000 x 25% =

Rp. 3.750.000


Dr - Beban Pajak

        Tangguhan  3.750.000

Cr -    Liabilitas Pajak

           Tangguhan     3.750.000


Jurnal pada tanggal 31 Desember 2021:

Pada tanggal 31 Desember 2020, suku bunga LIBOR berada pada level 6,5%, Bank BNI harus membayar bunga sebesar 17.000 USD [(6.5% + 2%) x 200.000 USD].


Karena Bank BNI telah terikat kontrak swap dengan Bank BRI, berarti pada tanggal 31 Desember 2021 Bank BNI harus membayar kepada Bank BRI sebesar 1.000 USD [(9% - 8.5%) x $200,000], juga untuk tahun yang datang.


Dr - RPV GBN USD  18.000 USD

Cr -   Giro pada BI -

          Bank BRI              18.000 USD


Dr - Beban Bunga Valas -

        Bunga LIBOR   175.100.000

Cr -    RPV GBN -

           USD - IDR           175.100.000


Dr - Ekuitas -

        Pendapatan (Kerugian)

        Komprehensif Lainnya

        (FVTOCI) -

        c. Bagian Efektif

            Lindung Nilai

            Arus Kas  10.300.000

Cr -     RPV GBN -

            USD - IDR       10.300.000


Jurnal Pembalik atas kelebihan estimasi:

Dr - Ekuitas -

        Pendapatan (Kerugian)

        Komprehensif Lainnya

        (FVTOCI) -

        c. Bagian Efektif

            Lindung Nilai

            Arus Kas   4.700.000

Cr -    Kerugian Penurunan

           Nilai Aset Keuangan -

           iv. Aset Keuangan

                Lainnya -

                Hedging Arus

                Kas               4.700.000


Jurnal Pajak Tangguhan:

Aset Pajak Tangguhan =

Rp. 15.000.000 x 25% =

Rp. 3.750.000


Dr - Aset Pajak

        Tangguhan  3.750.000

Cr -    Pendapatan Pajak

           Tangguhan    3.750.000


Jurnal Pemulihan Pajak Tangguhan:

Dr - Liabilitas Pajak

        Tangguhan   3.750.000

Cr -    Aset Pajak

           Tangguhan    3.750.000


Dr - Pendapatan Pajak

        Tangguhan    3.750.000

Cr -    Beban Pajak

           Tangguhan    3.750.000

………………


Jurnal tanggal 2 Januari 2022 - Estimasi Kerugian:

Dr - Kerugian Penurunan

        Nilai Aset Keuangan -

        iv. Aset Keuangan

             Lainnya -

             Hedging Arus

             Kas      10.000.000

Cr -     Ekuitas -

            Pendapatan (Kerugian)

            Komprehensif Lainnya

            (FVTOCI) -

            c. Bagian Efektif

                Lindung Nilai

                Arus Kas     10.000.000


Catatan: Jurnal Pajak Tangguhan sama seperti di atas.


Jurnal pada tanggal 31 Desember 2022:

Suku bunga LIBOR tanggal 31 Desember 2021 berada pada level 7.25%, sehingga LIBOR+2% = 9.25%. Bank BNI harus membayar bunga sebesar 18.500 USD [(7.25% + 2%) x 200.000 USD].


Dr - RPV GBN USD   18.500 USD

Cr -    Giro pada BI -

           Bank BRI                18.500 USD


Dr - Beban Bunga Valas -

        Bunga LIBOR   188.700.000

Cr -     RPV GBN -

            USD - IDR          188.700.000


Pengembalian oleh bank BRI:

Pencatatan sebagai aset

Dr - Giro pada BI -

        Bank BRI    500 USD

Cr -     RPV GBN USD   500 USD


Dr - RPV GBN -

        USD - IDR         5.100.000

Cr -    Peningkatan Nilai  

           Wajar Aset Keuangan -

           iv. Aset Keuangan Lainnya -

                Keuntungan Lindung

                Nilai Arus Kas        5.100.000


Catatan:

#. Jurnal pembalik atas estimasi kerugian sebesar Rp. 10.000.000 dan pajak tangguhan, sama seperti di atas.

#. Keuntungan lindung nilai arus kas sebesar Rp. 5.100.000, dimasukan ke dalam komponen ‘Penghasilan Komprehensif Lainnya’ bagian 2.c pada Laporan Laba Rugi, dan menjadi akun Ekuitas yaitu ‘Pendapatan (Kerugian)  Komprehensif Lainnya’ bagian c, saat dilakukan tutup buku (closing book).


Jurnal lainnya:

Pencatatan sebagai liabilitas

Dr - Beban Bunga Valas -

        Bunga LIBOR   188.700.000

Cr -    Liabilitas Lainnya -

           Bunga LIBOR    188.700.000


Pembayaran hutang bunga valas:

Dr - RPV GBN USD     18.000 USD

Cr -    Giro pada BI -

           Bank BRI                   18.000 USD


Dr - Liabilitas Lainnya -

        Bunga LIBOR   188.700.000

Cr -    RPV GBN -

           USD - IDR               183.600.000

Cr -    Peningkatan Nilai  

           Wajar Aset Keuangan -

           iv. Aset Keuangan Lainnya -

                Keuntungan Lindung

                nilai arus kas         5.100.000

……………


Jurnal tanggal 2 Januari 2023 - Estimasi Kerugian:

Dr - Kerugian Penurunan

        Nilai Aset Keuangan -

        iv. Aset Keuangan

             Lainnya -

             Hedging Arus

             Kas      25.000.000

Cr -    Ekuitas -

           Pendapatan (Kerugian)

           Komprehensif Lainnya

           (FVTOCI) -

           c. Bagian Efektif

               Lindung Nilai

               Arus Kas      25.000.000


Catatan: Jurnal Pajak Tangguhan sama seperti di atas.


Jurnal pada tanggal 31 Desember 2023:

Suku bunga LIBOR tanggal 31 Desember 2022 berada pada level 5,5%, sehingga LIBOR+2% = 7,5%. Bank BNI harus membayar bunga sebesar 15.000 USD [(5,5% + 2%) x 200.000 USD].


Pencatatan sebagai liabilitas

Dr - Beban bunga valas -

        Bunga LIBOR   151.500.000

Cr -    Liabilitas lainnya -

           Bunga LIBOR    151.500.000


Pembayaran hutang bunga valas:

Dr - RPV GBN USD   18.000 USD

Cr -    Giro pada BI -

           Bank BRI                18.000 USD


Dr - Liabilitas lainnya -

        Bunga LIBOR   151.500.000

Dr - Kerugian Penurunan

        Nilai Aset Keuangan -

        iv. Aset Keuangan

             Lainnya -

             Hedging Arus

             Kas                    5.300.000

Dr - Ekuitas -

        Pendapatan (Kerugian)

        Komprehensif Lainnya

        (FVTOCI) -

        c. Bagian Efektif

            Lindung Nilai

            Arus Kas         25.000.000

Cr -     RPV GBN -

            USD - IDR               181.800.000


Catatan:

#. Jurnal Pajak Tangguhan sama seperti di atas.

#. Kerugian lindung nilai arus kas sebesar Rp. 30.000.000, dimasukan ke dalam komponen ‘Penghasilan Komprehensif Lainnya’ bagian 2.c dengan simbol negatif atau tanda kurung pada Laporan Laba Rugi, dan menjadi akun Ekuitas yaitu ‘Pendapatan (Kerugian)  Komprehensif Lainnya’ bagian c, saat dilakukan tutup buku (closing book).


Jurnal pelunasan pinjaman:

Dr - RPV GBN USD    200.000 USD

Cr -    Giro pada BI -

           Bank BRI                200.000 USD


Kurs berdasarkan tanggal 5 Januari 2020:

Dr - Pinjaman dari

        Bank lain     2.020.000.000

Cr -    RPV GBN -

           USD - IDR       2.020.000.000


Catatan:

‘Kas USD dalam rupiah’ diukur dengan kurs tengah penutupan BI per tanggal 31 Desember 2023, dengan lawan pos kredit ‘RPV GBN USD - IDR’ dan debet atau kredit ‘Keuntungan (kerugian) selisih kurs karena penjabaran valas’.

………

Back to Content ↑

Reklasifikasi Penghasilan Komprehensif Lain ke Pos - Pos Laba Rugi dan Ekuitas  

Pos - pos yang akan direklasifikasikan ke laba rugi merupakan objek dari pajak penghasilan, di mana ‘Penghasilan Komprehensif Lain’ yang belum dimasukan ke dalam ‘Pendapatan Operasional Selain Bunga’, dikategorikan menjadi ‘Pendapatan Non Operasional’.


Poin - poin dari ‘Penghasilan Komprehensif Lain’ yang telah direklasifikasikan ke dalam pos - pos laba rugi adalah bagian 2.b (keuntungan (kerugian) dari perubahan nilai aset keuangan dalam kelompok tersedia untuk dijual) ke dalam pos ‘Pendapatan Operasional Selain Bunga’ bagian 1.c, yaitu ‘Keuntungan penjualan aset keuangan’ bagian i atau ke dalam pos ‘Beban Operasional Selain Bunga’ bagian 2.c, yaitu ‘Kerugian penjualan aset keuangan’ bagian i.


Untuk ‘Penghasilan Komprehensif Lain’ poin 2.c yaitu ‘Bagian efektif dari lindung nilai arus kas’ direklasifikasikan ke dalam pos ‘Pendapatan Operasional Selain Bunga’ bagian 1.i, yaitu ‘Pendapatan Lainnya’ apabila terdapat keuntungan atau ‘Beban Operasional Selain Bunga’ bagian 2.L, yaitu ‘Beban Lainnya’ dalam hal terjadi kerugian dalam lindung nilai arus kas.


Sedangkan poin - poin dari penghasilan komprehensif lain yang tidak terdapat di dalam pos ‘Pendapatan Operasional Selain Bunga’ direklasifikasikan ke dalam pos - pos ‘Pendapatan Non Operasional’ yaitu:

1. Penyesuaian akibat penjabaran laporan keuangan 

    dalam mata uang asing (Keuntungan (kerugian) 

    selisih kurs karena penjabaran valas).

2. Lainnya.


Nilai dari penghasilan komprehensif lain yang direklasifikasikan ke dalam pos - pos laba rugi adalah sebelum dipotong pajak terutang.


Format Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain:



………

Back to Content ↑

Reklasifikasi Penghasilan Komprehensif Lain ke dalam Ekuitas

Saldo dari penghasilan komprehensif lain tahun sebelumnya, akan direklasifikasikan ke dalam komponen ekuitas serta diakumulasi dari tahun - tahun sebelumnya, dengan format sbb:


Ekuitas:

Pendapatan (kerugian) komprehensif lainnya:

1. Penyesuaian akibat penjabaran laporan keuangan 

    dalam mata uang asing.

2. Keuntungan (kerugian) dari perubahan nilai aset 

    keuangan dalam kelompok tersedia untuk dijual.

3. Bagian efektif dari lindung nilai arus kas.

4. Keuntungan revaluasi aset tetap.

5. Bagian penghasilan komprehensif lain dari entitas

    asosiasi.

6. Pengukuran kembali atas program imbalan pasti.

7. Pajak penghasilan terkait dengan penghasilan 

    komprehensif lainnya.

8. Lainnya.

…………


#. Artikel Terkait: 

👉 Amandemen PSAK 60 tentang Reformasi Suku Bunga Acuan

👉 Asuransi Syariah - Pendapatan Komprehensif Lain


#. Artikel Terbaru:

Posting Komentar

0 Komentar