Akuntansi Leasing (Sewa Guna Usaha)

Akuntansi Leasing (Sewa Guna Usaha)

Definisi Leasing (Sewa Guna Usaha)

Leasing atau sering disingkat Sewa Guna Usaha (SGU) adalah kegiatan pembiayaan dengan menyediakan barang modal baik dengan hak opsi (finance lease) maupun tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh penyewa guna usaha (lessee) selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara angsuran. Hak opsi adalah hak untuk membeli objek sewa guna usaha setelah berakhirnya perjanjian berdasarkan nilai sisa yang disepakati bersama. Pengadaan barang modal dapat juga dilakukan dengan cara membeli barang penyewa guna usaha yang kemudian disewagunausahakan kembali. Sepanjang perjanjian SGU, hak milik atas barang modal berada pada perusahaan pembiayaan.


DAFTAR ISI:


Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 30 (Revisi 2011), sewa adalah suatu perjanjian di mana lessor (pihak yang menyewakan) memberikan hak kepada lessee (pihak yang menyewa) untuk menggunakan suatu aset selama periode waktu yang disepakati. Sebagai bentuk kompensasi atas pemanfaatan aset/properti tersebut, maka lessee membayar uang sewa (rental payments) kepada lessor sesuai dengan termin periode yang disepakati. Terdapat dua jenis mekanisme dalam sewa yang sudah diakui dalam dunia bisnis, yaitu:


1. Sewa operasional tanpa hak opsi (operating lease), di mana lessee atau penyewa tidak mempunyai hak untuk memiliki barang di akhir masa persewaan, dan

2. Sewa pembiayaan dengan hak opsi (capital lease), lessee atau penyewa mempunyai hak untuk memiliki barang di akhir masa sewa.

………

Back to Content ↑

Operating Lease (Tanpa Hak Opsi) dan Ilustrasi

Di dalam laporan keuangan lesee, adanya transaksi operating lease berdampak pada penyajian beban sewa di dalam Laporan Rugi/Laba. Lesse juga tidak berhak mencantumkan aset yang disewanya ke dalam neraca,  karena secara legal tidak ada peralihan kepemilikan (suatu keuntungan yang akan membuat rasio keuangan lessee menjadi bagus). Di dalam konsep operating lease, tidak ada penyajian informasi terkait dengan beban penyusutan di dalam Laporan Keuangan lessee khususnya laporan laba rugi. Dari sisi perpajakan, terkait adanya transaksi operating lease ini maka lessee atau bank yang melakukan pembiayaan terhadap lessee bertindak sebagai pihak pemotong PPh Pasal 23 atas sewa. Sehingga nilai sewa yang dibayarkan lessee atau bank kepada lessor adalah nilai bersih yang sudah dipotong PPh Pasal 23.


Dalam melakukan ‘Sewa Pembiayaan’, bank memiliki entitas anak yang khusus menangani leasing, asuransi, bank syariah atau usaha - usaha lainnya dengan laporan keuangan yang terpisah dari induknya. Sehingga saldo dari ‘Piutang Sewa Pembiayaan’ muncul di dalam laporan keuangan konsolidasi antara Induk dan Anak usaha bank.


Ilustrasi - Penerapan Operating Lease:

Pada tanggal 5 Januari 2016, PT Bina Cita sebagai nasabah Bank BRI mengajukan permohonan kepada BRI Finance (entitas anak dari Bank BRI) untuk sewa pembiayaan mesin produksi milik PT. Cipta Karya (Lessor) dengan kesepakatan bentuk sewa adalah operating lease, pelaksanaan transaksi dilakukan tertanggal 10 Januari 2016 di mana BRI Finance membayar tunai sewa kepada PT. Cipta Karya.


Masa manfaat mesin adalah 10 tahun, dan PT Bina Cita hanya menyewa selama satu tahun dengan nilai sewa Rp. 24.000.000 setahun. Uang sewa untuk setahun penuh dibayarkan oleh BRI Finance kepada PT Cipta Karya selaku lessor, di mana PPh Pasal 23 sebesar 2% dari nilai sewa di gross up oleh pihak Bank (Asumsi: PT. Cipta Karya tidak ingin dipotong pajak oleh bank, dan menerima penghasilan sesuai kesepakatan).


Dalam perjanjian dengan BRI Finance, PT. Bina Cita harus membayar angsuran leasing sebesar Rp. 3.500.000 per bulan setiap tanggal 10, suku bunga atas kewajiban 10%, dan biaya administrasi 1% dari total pembiayaan.


Amortization Schedule dari pembiayaan leasing BRI Finance dan Nilai Sisa Pokok Piutang sbb:

- 10 Januari 2016,

   Angsuran: Rp. 3.500.000,

   Bunga: Rp.2.400.000,

   Piutang: Rp. 1.100.000.

   Nilai Sisa Piutang: Rp. 22.900.000.

- 10 Febuari 2016,

  Angsuran: Rp. 3.500.000,

  Bunga: Rp. 2.290.000,

  Piutang: Rp. 1.210.000.

  Nilai Sisa Piutang: Rp. 21.690.000.

- 10 Maret 2016,

   Angsuran: Rp. 3.500.000,

   Bunga: Rp. 2.169.000,

   Piutang: Rp. 1.331.000.

   Nilai Sisa Piutang: Rp. 20.359.000.

- 10 April 2016,

   Angsuran: Rp. 3.500.000,

   Bunga: Rp. 2.035.900,

   Piutang: Rp. 1.464.100.

   Nilai Sisa Piutang: Rp. 18.894.900.

- 10 Mei 2016,

  Angsuran: Rp. 3.500.000,

  Bunga: Rp. 1.889.490,

  Piutang: Rp. 1.610.510.

  Nilai Sisa Piutang: Rp. 17.284.390.

- 10 Juni 2016,

   Angsuran: Rp. 3.500.000,

   Bunga: Rp. 1.728.439,

   Piutang: Rp. 1.771.561.

   Nilai Sisa Pokok Piutang:

   Rp. 15.512.829.

- 10 Juli 2016,

   Angsuran: Rp. 3.500.000,

   Bunga: Rp. 1.551.283,

   Piutang: Rp. 1.948.717.

   Nilai Sisa Piutang: Rp. 13.564.112.

- 10 Agustus 2016,

   Angsuran: Rp. 3.500.000,

   Bunga: Rp. 1.356.411,

   Piutang: Rp. 2.143.589.

   Nilai Sisa Piutang: Rp. 11.420.523.

- 10 September 2016,

   Angsuran: Rp. 3.500.000,

   Bunga: Rp. 1.142.052,

   Piutang: Rp. 2.357.948.

   Nilai Sisa Piutang: Rp. 9.062.575.

- 10 Oktober 2016,

   Angsuran: Rp. 3.500.000,

   Bunga: Rp. 906.258,

   Piutang: Rp. 2.593.742.

   Nilai Sisa Piutang: Rp. 6.468.833.

- 10 November 2016,

   Angsuran: Rp. 3.500.000,

   Bunga: Rp. 646.883,

   Piutang: Rp. 2.853.117.

   Nilai Sisa Piutang: Rp. 3.615.716.

- 10 Desember 2016,

   Angsuran: Rp. 3.500.000,

   Bunga: Rp. 361.572,

   Piutang: Rp. 3.138.428.

   Nilai Sisa Piutang: Rp. 477.288.


Total Pendapatan Bunga Setahun = 

Rp. 18.000.000 (Rp. 42.000.000 -

Rp. 24.000.000 = Rp. 18.000.000)


Nilai angsuran pembayaran sebesar Rp. 3.500.000 perbulan bagi PT. Bina Cita, terdiri atas cicilan pelunasan hutang sewa, dan cicilan bunga perbulan.


Penyelesaian pada BRI Finance: ===

Tanggal 10 Januari 2016,

Dr - Piutang Sewa Pembiayaan -

        Pihak Ketiga -

        Pokok Angsuran

        PT. Bina Cita     24.000.000

Dr - Piutang Sewa Pembiayaan -

        Pihak Ketiga -

        Pendapatan Bunga

        Ditangguhkan  18.000.000

Cr -   Pendapatan -

          Sewa Pembiayaan     24.000.000

Cr -   Liabilitas Lainnya -

          Pendapatan Bunga

          Ditangguhkan             18.000.000

          

Dr - Biaya Dibayar Di muka -

        Sewa Mesin

        Produksi  24.000.000

Cr -    Bank -

           PT. Cipta Karya   24.000.000


Amortisasi Biaya Dibayar Di muka perbulan:

Rp. 24.000.000/12 bulan =

Rp. 2.000.000

Dr - Beban

        Sewa  2.000.000

Cr -   Biaya Dibayar

          Di muka  2.000.000


Dan seterusnya ...


PPh Pasal 23 - atas Sewa Mesin Produksi:

Pajak terutang = Rp. 24.000.000/(1-0,02) = 

Rp. 24.489.795,90 x 2% = Rp. 489.795,90

Dr - Beban Non Operasional -

        PPh Pasal 23 - Sewa Mesin

        Metode Gross Up -

        PT. Cipta Karya  489.796

Cr -   Kas dalam Rupiah - 

          Bank Pajak          489.796


Catatan:
Beban PPh Pasal 23 atas sewa mesin, dapat dibebankan dalam laporan laba rugi fiskal BRI Finance.


Jurnal di PT. Cipta Karya:

Dr - Bank -

        Uang Sewa Mesin

        PT. Bina Cita -

        BRI Finance  24.000.000

Cr -    Liabilitas Lainnya -

           Pendapatan Diterima Di muka -

           Mesin Produksi

           PT. Bina Cita   24.000.000


Amortisasi ‘Pendapatan Diterima Di muka’:

= Rp. 24.000.000/12 bulan

= Rp. 2.000.000


Dr - Liabilitas Lainnya -

        Pendapatan Diterima Di muka -

        Mesin Produksi

        PT. Bina Cita   2.000.000

Cr -   Pendapatan Sewa -

          Mesin Produksi

          PT. Bina Cita     2.000.000


Dst ..

——


Pelunasan angsuran oleh PT. Bina Cita,

Dr - Kas dalam Rupiah -

        Angsuran Leasing 1

        PT. Bina Cita 3.740.000

Cr -   Piutang Sewa Pembiayaan -

          Angsuran 1

          PT. Bina Cita       1.100.000

Cr -   Pendapatan Bunga Rupiah -

          Bunga Leasing

          PT. Bina Cita     2.400.000

Cr -   Pendapatan Administrasi -

          Sewa Mesin -

          PT. Bina Cita        240.000


Amortisasi Pendapatan Bunga Ditangguhkan:

Dr - Liabilitas Lainnya -

        Pendapatan Bunga

        Ditangguhkan   2.400.000

Cr -   Piutang Sewa

          Pembiayaan -

          Pihak Ketiga -

          Pendapatan Bunga

          Ditangguhkan    2.400.000


Tanggal 10 Febuari 2016:

Dr - Kas dalam Rupiah -

        Angsuran Leasing 2

        PT. Bina Cita 3.500.000

Cr -   Piutang Sewa Pembiayaan -

          Angsuran 2

          PT. Bina Cita       1.210.000

Cr -   Pendapatan Bunga Rupiah -

          Bunga Leasing

          PT. Bina Cita     2.290.000


Amortisasi Pendapatan Bunga Ditangguhkan:

Dr - Liabilitas Lainnya -

        Pendapatan Bunga

        Ditangguhkan   2.290.000

Cr -    Piutang Sewa

           Pembiayaan -

           Pihak Ketiga -

           Pendapatan Bunga

           Ditangguhkan    2.290.000


Dan seterusnya sampai 10 Oktober 2016.


Jurnal tanggal 10 November 2016:

Total angsuran 12 kali = 

Rp. 3.500.000 x 12 bulan = 

Rp. 42.000.000. 

Total Pendapatan Bunga = 

Rp. 42.000.000 - Rp. 24.000.000 = 

Rp. 18.000.000. 


Pada angsuran ke 11, nilai pembayaran bunga PT. Bina Cipta telah mencapai Rp. 18.115.716, sedangkan sisa saldo ‘Piutang Sewa Pembiayaan’ Rp. 3.615.716. Maka ‘Pendapatan Bunga’ menjadi Rp. 646.883 - Rp. 115.726 = Rp. 531.167. Dan pendapatan bunga bulan November dipotong sebesar Rp. 115.716 yang digunakan untuk memulihkan sisa saldo piutang sebesar Rp. 3.615.716 (Rp. 3.500.000 + Rp. 115.716).


Jurnal 10 November 2016:

Dr - Kas dalam Rupiah -

        Angsuran Leasing 11

        PT. Bina Cita  3.384.284

Cr -    Piutang Sewa Pembiayaan -

           Angsuran 11

           PT. Bina Cita     2.853.117

Cr -    Pendapatan Bunga Rupiah -

           Bunga Leasing

           PT. Bina Cita        531.167


Amortisasi Pendapatan Bunga Ditangguhkan:

Dr - Liabilitas Lainnya -

        Pendapatan Bunga

        Ditangguhkan   531.167

Cr -   Piutang Sewa Pembiayaan -

          Pihak Ketiga -

          Pendapatan Bunga

          Ditangguhkan     531.167


Catatan: Pada bulan November 2016, Saldo Pendapatan Bunga Ditangguhkan (Piutang Sewa Pembiayaan) sama dengan 0 (nol).


Jurnal 10 Desember 2016:

Dr - Kas dalam Rupiah -

        Angsuran Leasing 12

        PT. Bina Cita  3.615.716

Cr -   Piutang Sewa Pembiayaan -

          Angsuran 12

          PT. Bina Cita   3.615.716


Penyelesaian pada PT. Bina Cita: ===

Tanggal 10 Januari 2016,

Dr - Beban Sewa -

        Mesin Produksi (Leasing) -

        PT. Cipta Karya  3.500.000

Cr -   Kas dalam Rupiah -

          BRI Finance         3.500.000


Dst, sampai 10 Desember 2016.

………

Back to Content ↑

Capital Lease (Dengan Hak Opsi) dan Ilustrasi

Di dalam laporan keuangan lessee, transaksi capital lease menyebabkan kepemilikan aset dari leasing harus dilaporkan di dalam Laporan Posisi Keuangan (Neraca). Diiringi dengan penyajian nilai utang leasing di sisi kewajiban. Ketentuan ini membawa konsekuensi penyajian ‘Beban Penyusutan’ atas aset leasing pada Laporan Rugi/Laba dan ‘Akumulasi Penyusutan’ aset leasing di dalam Neraca.


Namun, poin penting yang perlu diperhatikan adalah bahwa pembebanan ‘Beban Penyusutan’ atas aset leasing selama masa sewa hanya diperkenankan untuk kepentingan komersial. Dalam rangka menghitung PPh Badan, Beban Penyusutan - Aset Leasing selama masa sewa tidak diperkenankan dijadikan sebagai pengurang penghasilan bruto, pembebanan diperkenankan ketika masa sewa telah habis dan Aset Leasing telah menjadi milik lessee dengan dasar penyusutan adalah nilai residu. Hal ini sebagaimana telah diatur di dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor KMK-1169/KMK.01/1991 dan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-10/PJ.47/1994, termasuk pula dalam hal ini ‘Beban Bunga’ yang muncul sehubungan dengan transaksi capital lease. Selain itu, terkait adanya transaksi capital lease ini maka lessee tidak boleh bertindak sebagai pihak pemotong PPh Pasal 23 atas sewa. Sehingga nilai sewa yang dibayarkan lessee kepada lessor adalah nilai bersih tanpa dipotong PPh Pasal 23. Berikut disajikan ilustrasi capital lease sebagai penjelasan.


Ilustrasi - Penerapan Capital Lease:

Pada tanggal 5 Januari 2016, PT Bina Cita sebagai nasabah Bank BRI mengajukan permohonan kepada BRI Finance (entitas anak dari Bank BRI) untuk pembiayaan mesin produksi milik PT. Cipta Karya (Lessor), dengan kesepakatan bentuk sewa adalah capital lease, di mana pada akhir pelunasan angsuran mesin produksi akan menjadi milik PT. Bina Cita. Pelaksanaan transaksi dilakukan tertanggal 10 Januari 2016, di mana BRI Finance membayar tunai mesin produksi kepada PT. Cipta Karya.


Masa manfaat mesin adalah 4 tahun, dan PT Bina Cita akan melunasi angsuran selama satu tahun dengan harga mesin produksi sebesar Rp. 24.000.000. Pembayaran dilakukan oleh BRI Finance kepada PT Cipta Karya selaku lessor. Metode penyusutan menggunakan ‘Garis Lurus’ - Straight Line Methode, dengan nilai residu Rp. 6.000.000.


Dalam perjanjian dengan BRI Finance, PT. Bina Cita harus membayar angsuran leasing sebesar Rp. 3.500.000 per bulan setiap tanggal 10, suku bunga atas kewajiban 10%, dan biaya administrasi 1% dari total pembiayaan.


Penyelesaian pada BRI Finance sama seperti di atas, yang membedakan adalah transaksi pada tgl 10 Januari 2016:


Dr - Piutang

        Pembiayaan -

        Pihak Ketiga -

        Angsuran Pokok

        PT. Bina Cita     24.000.000

Dr - Piutang Pembiayaan -

        Pihak Ketiga -

        Pendapatan Bunga

        Ditangguhkan  18.000.000

Cr -   Pendapatan -

          Pembiayaan

          Konsumen                 24.000.000

Cr -   Liabilitas Lainnya -

          Pendapatan Bunga

          Ditangguhkan           18.000.000


Dr - Biaya Dibayar Di muka -

        Pembelian Mesin

        Produksi   24.000.000

Cr -    Bank -

           PT. Cipta Karya   24.000.000


Amortisasi Biaya Dibayar Di muka perbulan:

Rp. 24.000.000/12 bulan =

Rp. 2.000.000

Dr - Beban

        Sewa  2.000.000

Cr -   Biaya Dibayar

          Di muka   2.000.000


Dan seterusnya ...


Catatan:
Perbandingan sistem pencatatan jurnal antara mekanisme Operating Lease dan Capital Lease adalah sbb:
#. Jurnal pencatatan ‘Piutang’ pada mekanisme
    Operating Lease adalah:
    Dr - Piutang Sewa
            Pembiayaan xxx
    Cr -    Bank              xxx


#. Dan jurnal pencatatan ‘Piutang’ pada mekanisme Capital Lease yaitu:


Dr - Piutang

        Pembiayaan  xxx

Cr -    Bank               xxx


Sedangkan penyelesaian di PT. Bina Cita sbb:

Asumsi: Schedule Amortisasi sama seperti di atas, ==

Tanggal 10 Januari 2016,


Dr - Aset -

        Peralatan Produksi  24.000.000

Cr -  Utang Usaha -

         Leasing Mesin Produksi

         BRI Finance                      24.000.000


Dr - Utang Usaha -

        Leasing Mesin Produksi

        BRI Finance     1.100.000

Dr - Beban Bunga -

        Leasing Mesin Produksi

        BRI Finance   2.400.000

Dr - Beban Administrasi -

        Leasing Mesin Produksi

        BRI Finance       240.000

Cr -   Kas dalam Rupiah -

          Angsuran Leasing 1 -

          BRI Finance        3.740.000


          

Dst, sampai dengan 10 Oktober 2016.


Untuk bulan november 2016, nilai pembayaran bunga PT. Bina Cipta telah mencapai Rp. 18.115.716, saldo ‘Utang Sewa’ Rp. 3.615.716. Maka ‘Beban Bunga’ menjadi Rp. 646.883 - Rp. 115.726 = Rp. 531.167.


Jurnal 10 November 2016,

Dr - Utang Usaha -

        Leasing Mesin Produksi

        BRI Finance     2.853.117

Dr - Beban Bunga -

        Leasing Mesin Produksi

        BRI Finance        531.167

Cr -   Kas dalam Rupiah -

         Angsuran Leasing 11

         BRI Finance            3.384.284


Jurnal 10 Desember 2016,

Dr - Utang Usaha -

        Leasing Mesin Produksi

        BRI Finance   3.615.716

Dr -   Kas dalam

          Rupiah -

          Angsuran Leasing 12

          BRI Finance      3.615.716


Jurnal penyusutan per 10 Febuari 2016 dan seterusnya, untuk laporan keuangan komersial: ==


Nilai penyusutan per tahun:

Rp. 24.000.000/4 tahun =

Rp. 6.000.000

Nilai penyusutan per bulan: 

Rp. 6.000.000/12 bulan =

Rp.500.000


Dr - Beban Penyusutan -

        Mesin Produksi  500.000

Cr -   Akumulasi Penyusutan -

          Mesin Produksi     500.000


Untuk laporan keuangan fiskal: ==


Nilai penyusutan per 10 Febuari 2017 dan seterusnya:

Rp. 24.000.000 - Rp. 6.000.000 =

Rp. 18.000.000/4 tahun =

Rp. 4.500.000

Nilai penyusutan per bulan: 

Rp. 4.500.000/12 bulan =

Rp. 375.000


Dr - Beban Penyusutan -

        Mesin Produksi  375.000

Cr -   Akumulasi Penyusutan -

          Mesin produksi      375.000


Catatan:
Pengakuan beban penyusutan fiskal adalah ketika masa leasing telah habis, dengan penerapan nilai residu. Di masa leasing, maka beban penyusutan komersial menjadi liabilitas pajak tangguhan (pendekatan neraca), atau pengakuan beban pajak tangguhan.


Pajak Penghasilan Tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha - Leasing (KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 1169/KMK.01/1991).

———————————

Perlakuan Pajak Penghasilan bagi lessor adalah sebagai berikut :

a. Penghasilan lessor yang dikenakan pajak penghasilan (PPh) adalah sebagian dari pembayaran sewa guna usaha dengan hak opsi yang berupa imbalan jasa sewa guna usaha;

b. Lessor tidak boleh menyusutkan atas barang modal yang disewa-guna-usahakan dengan hak opsi;

c. Dalam hal masa sewa-guna-usaha lebih pendek dari masa yang ditentukan dalam Pasal 3 Keputusan ini, Direktur Jenderal Pajak melakukan koreksi atas pengakuan penghasilan pihak lessor;

d. Lessor dapat membentuk cadangan penghapusan piutang ragu-ragu yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto, setinggi-tingginya sejumlah 2,5% (dua setengah persen) dari rata - rata saldo awal dan saldo akhir piutang sewa-guna-usaha dengan hak opsi.

e. Kerugian yang diderita karena piutang sewa-guna-usaha yang nyata-nyata tidak dapat ditagih lagi dibebankan pada cadangan penghapusan piutang ragu-ragu yang telah dibentuk pada awal tahun pajak yang bersangkutan;

f. Dalam hal cadangan penghapusan piutang ragu-ragu tersebut tidak atau tidak sepenuhnya dibebani untuk menutup kerugian dimaksud maka sisanya dihitung sebagai penghasilan, sedangkan apabila cadangan tersebut tidak mencukupi maka kekurangannya dapat dibebankan sebagai biaya yang dikurangkan dari penghasilan bruto.


Pasal 15.

Atas penyerahan jasa dalam transaksi sewa-guna-usaha dengan hak opsi dari lessor kepada lessee, dikecualikan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai.

………

Back to Content ↑

Contoh Laporan Keuangan Leasing

👉 PT. Adira Dinamika Multi Finance


Catatan:
#. Penjelasan tentang akuntansi leasing ada dalam penjelasan  ‘Sewa Pembiayaan (Leasing)’.
#. Pos - pos akuntansi lainnya seperti Aset Derivatif (di mana Tagihan Derivatif untuk keuntungan serta Liabilitas Derivatif untuk kerugian dari penjualan derivatif), Pajak Tangguhan, dan lainnya telah dijabarkan sebelumnya.
#. Keuntungan (Kerugian) dari Lindung Nilai Arus Kas merupakan komponen Ekuitas yaitu Pendapatan (Kerugian) Komprehensif Lainnya yang diakumulasi dari tahun - tahun sebelumnya.


Jurnal Metode Penghapusan Tidak Langsung (Indirect Method) atas Piutang Tidak Tertagih.

………


Jurnal Cadangan Penyisihan Kerugian Penurunan Nilai atas Piutang yang tidak tertagih (Indirect Method):

Dr - Beban -

        Penyisihan Kerugian

        Penurunan Nilai  xxx

Cr -   Cadangan Kerugian

          Penurunan Nilai    xxx


Jurnal Pemulihan atas Cadangan Penyisihan Kerugian Penurunan Nilai:

Dr - Cadangan Kerugian

        Penurunan Nilai  xxx

Cr -   Pemulihan atas Cadangan

          Kerugian Penurunan Nilai  xxx


Jurnal Penghapusan Langsung (Direct Method) dari Penghapusan Tidak Langsung (Indirect Method) dalam hal piutang benar - benar tidak dapat ditagih:

Dr - Cadangan Kerugian

        Penurunan Nilai  xxx

Cr -   Pemulihan atas Cadangan

          Kerugian Penurunan Nilai  xxx


Dr - Beban Piutang

        Tidak Tertagih  xxx

Cr -    Piutang Sewa Pembiayaan/

           Piutang Pembiayaan

           Konsumen          xxx


Keterangan: ‘Penyisihan Kerugian Penurunan Nilai’ merupakan Beban Pajak Tangguhan (Pendekatan Neraca), sedangkan ‘Pemulihan atas Cadangan Kerugian Penurunan Nilai’ merupakan Pendapatan Pajak Tangguhan (Pendekatan Neraca).


Jurnal Pembelian Derivatif

Aset Derivatif adalah aset berupa pembelian instrumen keuangan berupa saham, obligasi, komoditas dan lainnya selain mata uang valas dalam kontrak opsi. Sedangkan dalam kontrak future, valas termasuk aset derivatif.


Jurnal Pembelian Derivatif untuk Mata Uang Valas (Asumsi: Call Dollar) dalam Kontrak Opsi:

Dr - Bank USD Dalam

        Rupiah/Kas USD

        Dalam Rupiah  xxx

Cr -   Bank IDR/

          Kas IDR                 xxx


Jurnal Penjualan Derivatif berupa Keuntungan:

Dr - Tagihan

         Derivatif  xxx

Cr -   Peningkatan Nilai Wajar Aset

          Keuangan    xxx


Penerimaan Hasil Penjualan Derivatif:

Dr - Bank IDR/

        Kas IDR   xxx

Cr -  Bank USD Dalam

         Rupiah/Kas USD

         Dalam Rupiah  xxx

Cr -  Tagihan

         Derivatif              xxx


Dr - Peningkatan Nilai

        Wajar Aset

        Keuangan  xxx

Cr -   Keuntungan Transaksi

          Derivatif (realized)  xxx

————


Jurnal Penjualan Derivatif berupa Kerugian:

Dr - Penurunan Nilai

        Wajar Aset

        Keuangan xxx

Cr -   Liabilitas

          Derivatif     xxx


Penerimaan Hasil Penjualan Derivatif:

Dr - Bank IDR/

        Kas IDR    xxx

Dr - Liabilitas

        Derivatif   xxx

Cr -  Bank USD Dalam

         Rupiah/Kas USD

         Dalam Rupiah  xxx


Dr - Kerugian Transaksi

        Derivatif (realized)  xxx

Cr -   Penurunan Nilai Wajar

          Aset Keuangan         xxx

………


Jurnal Pembelian Derivatif (selain mata uang valas)

dalam Kontrak Opsi:

Dr - Aset

        Derivatif  xxx

Cr -    Bank         xxx


Jurnal Penjualan Derivatif berupa Keuntungan:

Dr - Tagihan

         Derivatif  xxx

Cr -   Peningkatan Nilai

          Wajar Aset

          Keuangan   xxx


Penerimaan Hasil Penjualan Derivatif:

Dr - Bank       xxx

Cr -   Aset

          Derivatif     xxx

Cr -   Tagihan

           Derivatif    xxx


Dr - Peningkatan Nilai

        Wajar Aset

        Keuangan  xxx

Cr -   Keuntungan Transaksi

          Derivatif (realized)  xxx

———

Jurnal Penjualan Derivatif berupa Kerugian:

Dr - Penurunan Nilai

        Wajar Aset

        Keuangan  xxx

Cr -   Liabilitas

          Derivatif         xxx


Penerimaan Hasil Penjualan Derivatif:

Dr - Liabilitas

        Derivatif      xxx

Dr - Bank            xxx

Cr -   Aset

          Derivatif         xxx


Dr - Kerugian Transaksi

        Derivatif (realized)  xxx

Cr -   Penurunan Nilai Wajar

          Aset Keuangan           xxx


Keterangan: Peningkatan (Penurunan) Nilai Wajar Aset Keuangan bukan merupakan Beban (Pendapatan) Pajak Tangguhan dalam transaksi derivatif.

………

Back to Content ↑

Ilustrasi Derivatif:

Ilustrasi 1 - Kontrak Opsi:

Misalnya, pada tanggal 10 Januari 2019, PT. Adira Finance (Holder) melakukan kontrak opsi derivatif atas saham BRI yang dibelinya dari Bank BRI (Writter) sebanyak 100.000 lembar saham seharga @ Rp. 4.000 selama 3 bulan. Expiration Date ditentukan pada tanggal 10 April 2019, dengan Strike Price Rp. 5.000.


Namun pada tanggal 10 Febuari 2019, PT. Adira sebagai holder menjual (put option) seluruh saham tersebut kepada Bank BRI sebagai writter dengan asumsi:


Pertama: Harganya naik menjadi @Rp. 5.100 dari Strike Price Rp. 5.000, dan menerima pelunasan dengan warkat BI pada 12 Febuari 2019.


Kedua: Harganya turun menjadi @Rp. 3.500 dari Strike Price Rp. 5.000, dan menerima pelunasan dengan warkat BI pada 12 Febuari 2019.


Penyelesaian:


Tanggal 10 Januari 2019:

Dr - Aset Derivatif -

        Kontrak Opsi Saham

        Bank BRI  400.000.000

Cr -   Bank -

          Pembayaran kontrak opsi

          kepada BRI    400.000.000


Tanggal 10 Febuari 2019 - Asumsi Pertama:

Dr - Tagihan

         Derivatif -

         Peningkatan opsi

         saham BRI   100.000.000

Cr -     Peningkatan Nilai Wajar Aset

            Keuangan       100.000.000


Tanggal 12 Febuari 2019:

Dr - Bank -

        Penerimaan penjualan opsi

        saham BRI  500.000.000

Cr -   Aset

          Derivatif        400.000.000

Cr -   Tagihan

           Derivatif        100.000.000


Dr - Peningkatan Nilai Wajar Aset

        Keuangan  100.000.000

Cr -   Keuntungan Transaksi

          Derivatif (realized)  100.000.000

………


Tanggal 10 Febuari 2019 - Asumsi Kedua:

Dr - Penurunan Nilai Wajar Aset

        Keuangan  50.000.000

Cr -   Liabilitas Derivatif -

          Penurunan opsi

          saham BRI        50.000.000


Tanggal 12 Febuari 2019:

Dr - Liabilitas

        Derivatif   50.000.000

Dr - Bank       350.000.000

Cr -   Aset

          Derivatif          400.000.000


Dr - Kerugian Transaksi

        Derivatif (realized)  50.000.000

Cr -   Penurunan Nilai Wajar

          Aset Keuangan                50.000.000


Junal Closing Book:

Dr - Ekuitas -

        Penghasilan

        Komprehensif Lain -

        Keuntungan (Kerugian)

        Penjualan Aset

        Keuangan    50.000.000

Cr -   Kerugian Transaksi

          Derivatif (realized)     50.000.000


Catatan:
#. Expiration date adalah tanggal waktu jatuh tempo dari opsi, setelah expiration date opsi dinyatakan mati.
#. Strike atau exercise price, adalah harga kesepakatan dalam kontrak opsi dimana pemegang opsi dapat membeli atau menjual underlying assets. Exercise price merupakan harga pasar yang terjadi dalam transaksi di future dan option market.Secara umum, exercise price adalah harga jadi tetapi pelaksanaannya di kemudian hari.
#. PPh Final Pasal 4 Ayat 2 atas Transaksi Derivatif telah dihapus.
#. Pada saat tutup buku di awal tahun, Keuntungan (Kerugian) Transaksi Derivatif dijurnal ke dalam Ekuitas, yaitu Penghasilan Komprehensif Lain, jika sebelumnya diukur dalam FVTPL.

………

Back to Content ↑

Ilustrasi 2 - Kontrak Future:

Pada tanggal 10 Januari 2019, PT. Adira Finance melakukan transaksi derivatif berupa Kontrak Future dengan Bank BRI guna membeli (Long Position) valas sebesar 100.000 Dollar US (Underlying Asset) pada dua bulan yang akan datang tepatnya tanggal 10 Maret 2019 (Settlement Date) dengan kurs yang disepakati (Future Price) 1 USD/Rp. 13.100. Kurs Spot Rate yang terjadi pada tanggal tersebut adalah 1 USD/Rp. 13.200. Uang Jaminan yang diberikan sebesar Rp. 200.000.000.


Penyelesaian pada PT. Adira Finance:


Tanggal 10 Januari 2019 - Jurnal atas Kontrak Future:

Dr - Aset

        Derivatif - Kontrak

        Future  1.310.000.000

Cr -   Liabilitas

          Derivatif  1.310.000.000


Jurnal Pembayaran Uang Jaminan:

Dr - Beban Dibayar Di muka -

        Dana Jaminan Kontrak

        Futures  200.000.000

Cr -     Bank       200.000.000


Tanggal 10 Maret 2019 - Jurnal Pembelian Future:

Keuntungan atas Derivatif =

Rp. 100 x 100.000 USD =

Rp. 10.000.000


Dr - Bank USD Dalam

        Rupiah  1.310.000.000

Cr -   Aset

          Derivatif - Kontrak

          Future          1.310.000.000


Dr - Liabilitas

        Derivatif     1.310.000.000

Dr - Penghasilan Komprehensif

        Lainnya -

        Keuntungan (Kerugian)

        Derivatif         10.000.000

Cr -    Beban Dibayar Di muka -

           Dana Jaminan Kontrak

           Futures                       200.000.000

Cr -    Bank IDR                    1.110.000.000

Cr -    Keuntungan Transaksi

           Derivatif (realized)       10.000.000


Catatan:
#. Underlying Asset, adalah sesuatu (komoditi/aset) yang disetujui kedua pihak untuk dipertukarkan.
#. Settlement Date atau Delivery Date, adalah tanggal yang ditetapkan untuk melakukan transaksi.
#. Futures Price, adalah harga yang telah disepakati oleh kedua belah pihak yang berkepentingan untuk melakukan transaksi.
#. Long Futures atau Long Position, adalah posisi dalam kontrak untuk membeli underlying asset di kemudian hari.
#. Short Futures atau Short Position, adalah posisi dalam kontrak untuk menjual underlying asset di kemudian hari.
#. PPh Final Pasal 4 Ayat 2 atas transaksi derivatif telah dihapus.

#. Artikel Terkait:

🎧 PSAK 71 - Klasifikasi Instrumen Keuangan dan Ilustrasi

🎧 PSAK 73 - Akuntansi Penyewa, Pesewa, dan Ilustrasi


#. Artikel Terbaru:

Posting Komentar

0 Komentar